Tiga Hal yang Ingin Kuceritakan Hari Ini

Biar aku ceritakan salah satu kisah yang, sejujurnya, tidak perlu diketahui banyak orang. Tapi aku merasa perlu berbagi, sebab hari ini aku memiliki tiga hal yang harus kuceritakan.

Satu, aku suka memeluk dan dipeluk. Aku suka berbagi kehangatan lewat sebuah pelukan. Pelukan bagi sebagian orang bisa membuat risi dan tidak nyaman, tapi tidak buatku. Hangat. Nyaman. Merasa disayang. Merasa dilindungi. Itu semua kata yang berhasil kuproses ketika aku memeluk seseorang—atau dipeluk.

Sayangnya, tidak semua orang bisa menerima pelukanku. Lagi-lagi, tidak semua orang mau menerima bentuk afeksi lewat pelukan. Rasa bahagiaku seakan meledak saat seseorang yang kusayang mau menerima pelukanku, atau bahkan ia yang memulai lebih dulu.

Seperti hari ini, seusai kami menghabiskan waktu selama hampir seharian. Ia memelukku, cukup erat sampai membuat perutku mulas seketika. Dapat kurasakan jantungku berdebar saat mendengar suaranya.

“Lula-nya Jiji, kamu tau kan kamu tuh cantik banget? Aw, aduh!” Ia mengaduh saat aku mencubit pinggangnya pelan. Tapi ia tetap merengkuhku, membawa kepalaku dalam dekapannya. “Enggak, aku gak bercanda. Kamu beneran cantik. Aku sanggup habisin besok lagi sama kamu. Beneran deh,”

Aku sedikit mencibir, menjauhkan diri seraya bergumam, “Oh, ya?”

Dapat kulihat dia mengerucutkan bibir, menunjukkan ekspresi kecewa saat aku terlihat seperti tidak menanggapi serius ucapannya. Hah, andai saja dia tahu, sekarang jantungku sedang dipukul keras-keras entah oleh apa.

“Pokoknya, selamat ulang tahun Lula-nya Jiji.” Ia menutup hari itu dengan ucapan sederhana, tapi aku tahu dalam tiap katanya masih tersimpan harapan yang tidak ia bagi.

Hari ini aku merasa lebih dari cukup saat menghabiskan waktu bersamanya. Pergi makan dan bermain, berfoto bergaya ini dan itu, berbagi harapan tulus, bertukar cerita dan tawa yang tidak pernah aku bayangkan akan hadir dalam hidupku.

Hal kedua yang ingin kuceritakan, aku menyayangi Jiji.

Aku rasa dunia mengetahui hal ini karena aku sering berteriak keras betapa aku menyayangi manusia di hadapanku ini. Semua yang ada dalam dirinya, aku menyayanginya. Kalau aku bisa memetik bintang untuknya, mungkin akan aku lakukan sekarang.

“Lula?” Jiji mengembalikan kesadaranku, membuatku tersenyum memandang wajahnya yang sekarang juga terlihat bahagia.

Aku mengambil napas, kemudian mengembuskannya bersamaan dengan doa yang kurapal dalam hati, semoga kita masih bisa bersama-sama merayakan tahun-tahun berikutnya.

“Lula sayang Jiji.” ucapku akhirnya, memeluk tubuhnya erat dan kurasakan ia membalas pelukanku. Hari ini aku merasa menjadi seseorang yang merasa senang akan bertambahnya—sekaligus berkurangnya—angka di hidupku.

Dan hal terakhir yang ingin aku ceritakan, semoga kita masih mau bersama-sama saling memeluk dan berbagi cerita.

Semoga.

Leave a comment